Politik

Politikus Santun Dan Hijaunya Beringin Kuning

Membangun Konsensus: Pemikiran dan Praktik Politik Akbar Tandjung
Kategori: Buku
Penulis : M. Deden Ridwan & M. Muhajirin
Penerbit : Pustaka Sinar Harapan (2003, 340 hal.)

Penulis buku ini menggunakan dua variabel yaitu, “Islam” sebagai pandangan hidup dan kenyataan sosial-budaya kemudian, “Golkar” sebagai partai politik terbuka, sekular dan plural. Variabel pertama menegaskan basis sosial-politik dan lingkungan politik Akbar Tandjung yaitu “Islam” yang direpresentasikan dengan HMI, organisasi tempat Akbar dibesarkan. Asumsinya adalah sebagai praktisi politik, Akbar berusaha melakukan pembaruan politik Islam dengan memasuki Golkar dan birokrasi. Langkah ini menjadikannya sebagai tokoh politik nasional melampaui basis politik konvensionalnya, Islam.
Akbar mempunyai keyakinan dirinya memiliki wilayah political society sebagai kendaraan politik yang digunakan secara praktis untuk mencairkan ketegangan Islam dan negara, karena alasan politik-ideologi dan teologi.


Variabel kedua adalah Golkar itu sendiri. Akbar berusaha mengaktualisasikan potensinya sebagai politisi yang terukur. Mencoba mentransformasikan nilai etis, substantif dan korektif agama dalam berpolitik. Memperkenalkan tradisi dan gaya politik yang tidak hiruk pikuk. Akbar tampil sebagai peredam konflik, jembatan dan pembangun konsesus (consensus builder) ditengah ragam budaya, agama, etnis maupun politik. Akbar dianggap mengedepankan, memakai istilah Daniel Goleman “kecerdasan emosional”.
Hal ini ditunjukkan dengan empatinya terhadap lawan politik, aspiratif terhadap suara publik dan pelbagai kritikan, tidak meledak-ledak dan reaksioner, menyikapi persoalan politik dengan dingin, efisien dalam membuat pernyataan, bersikap moderat, negarawan dan sabar.
Sejarah Golkar, menurut Akbar Tandjung diposisikan sebagai kekuatan politik alternatif dari sistem kepartaian yang bersifat sektarian pada awal Orde Baru. Golkar waktu itu menjadi the ruler’s party alias partainya pemerintah. Sejak saat itulah Golkar menjadi kendaraan politik yang efektif bagi Presiden Seoharto didukung oleh militer dan birokrat. Kini, tidak semua warisan “Golkar lama” mengalami perombakan. Nilai non-sektarian (pluralis), antikomunisme, moderat (tidak ekstrim kanan atau kiri), dan propembangunan (developmentalism), tetap dipertahankan. Bahkan, yang terakhir sepertinya berhasil meyakinkan pemilih bahwa Golkar identik dengan pembagunan, utamanya ekonomi. Tak heran hari ini timbul kembali sindrom rindu Soeharto, dalam konteks kestabilan harga-harga kebutuhan pokok masyarakat.
Namun kemudian, Golkar semakin lama semakin mengukuhkan dirinya sebagai cerminan dari orde yang berkuasa, sentralistik, paternalistik, hegemonik dan tidak demokratis. Karakter itu melekat dan menguat sepanjang Orde Baru mempertahankan kekuasaannya yang pada akhirnya membentuk persepsi masyarakat, bahkan sampai hari ini. Dan ketika Orde Baru mundur teratur dari pentas politik nasional, imbasnya juga mengenai Golkar. Bak anak ayam kehilangan induknya, partai ini kehilangan patron politiknya, Soeharto. Pengamat politik kala itu mengibaratkan Golkar dengan “the sinking titanic”, raksasa yang tengah tenggelam. Meskipun ternyata hari ini kita ketahui bersama, Golkar tidak pernah tenggelam.
Dalam penyusunannya, menurut penulis, bahan tertulis yang dijadikan rujukan untuk menggambarkan tentang pemikiran politik Akbar Tandjung adalah naskah pidato-pidato politiknya. Secara keseluruhan, data-data yang digunakan sebagai bahan analisis dalam penyusunan naskah terbatas antara tahun 1960 hingga 2001. Termasuk wawancara langsung dengan Akbar disela-sela kesibukannya sebagai Ketua DPR kala itu. (ydt)

2 tanggapan untuk “Politikus Santun Dan Hijaunya Beringin Kuning”

  1. salam sukses dari bandung
    saya suka membaca slogan partai anda, kalau melihat foto bapak akbar tanjung lebih cocok jadi cover boy dari pada jadi politikus, sudah terlalu tua mendingan urus cucu, beri kesempatan kami-kami yang masih muda,

    artikel terbaruku ……. nasib pahit anak miskin dihari anak

    http://esaifoto.wordpress.com
    # Maaf mas, ini bukan slogan partai, kebetulan aja terinspirasi dari berbagai pertemuan, pesannya adalah bahwa anak muda harus terus berbuat dan berkarya, dengan tujuan akhir adalah bangsa yang mandiri dan bermartabat. kita harus berbuat yang terbaik, di berbagai hal, berbagai bidang dan berbagai profesi. (tidak hanya di partai tho utk bisa berkarya????)

Tinggalkan komentar