Sejarah Dakwah; Tinjauan Dakwah Nabi dan Rasul Allah Swt

Pendahuluan
Pada tulisan sebelumnya telah dikemukakan perjalanan dakwah salah seorang ulul azmi yaitu Nabi Nuh AS, dari misi dakwah yang telah dilakukannya dapat disimpulkan bahwa misi Dakwah yang dilakukan oleh Nabi Nuh As adalah menyeru manusia untuk beriman kepada Allah Swt, dan penolakannya terhadap patung-patung yang dibuat sebagai sesembahan oleh kaumnya, perjuangan ini berlangsung kurang lebih 950 tahun lamanya, dan hal yang paling mengejutkan adalah proses lama perjuangan itu hanya menghasilkan sedikit sekali umat yang tunduk hanya kepada Allah Swt. Sebahagian yang lain larut dalam kemaksiatan dan tenggelam dalam kebathilan.
Bilangan yang sedikit beriman tersebut diselamatkan oleh Allah swt di kapal nabi Nuh, sementara yang lainnya ditenggelamkan-Nya. Hal ini terjadi karena kekafiran yang mereka lakukan, dan nabi Nuh berdoa kepada Allah agar bumi dibersihkan dari orang-orang kafir, khawatir akan kebathilan yang telah dilakukan umatnya akan melahirkan kebatilan-kebatilan berikutnya. Doa nabi Nuh As ini diabadikan dalam QS. Nuh: 26-27. Pada kesempatan ini akan dikemukan ulul azmi yang kedua yaitu Nabi Ibrahim As.

Dakwah Nabi Ibrahim
Dia adalah sahabat Allah, orang kedua dari kelompok ulul ‘azmi di antara para rasul, dia adalah bapak para Nabi yang besar. Sesungguhnya dalam dakwah Ibrahim menyeru umat manusia kepada Allah dan perjalanan hidupnya, penuh dengan tamsil ibarat dan tonggak-tonggak yang menjadi petunjuk sepanjang jalan pengabdian bagi penyeru dakwah. Al-Qur’an al Karim telah menceritakan secara terperinci kisah Nabi Ibrahim dalam jumlah yang banyak dalam beberapa surat, juga tersebar di banyak ayat-ayat Al-Qur’an.
A. Tentang penentangannya terhadap kaumnya demi tegaknya tauhid
Ceritera penentangan terhadap kaumnya demi tegaknya tauhid bisa di baca dalam QS. Al-Anbiya’ ayat 51-70. Dari pertarungan tersebut dapat kita petik inspirasi sebagai berikut :
1. Bahwa para da’I kepada Allah tidak akan mundur oleh perlawanan apapun, karena ia telah mempunyai kesiapan dan kemampuan untuk itu, mereka memiliki ketajaman pikiran dan kompetensi dibidang ini, tercakup dalam apa yang disebut sebagai “hidayah kebenaran” dengan hujjah yang matang, sehingga dengan gampang membedakan antara yang haq dan yang bathil.
2. Mengemukakan masalah tauhid dan syirik, iman dan kekafiran secara blak-blakan, tanpa ada keraguan sedikitpun dan tanpa rasa takut, mengahadapkan persoalan ini kepada ummat manusia dan menentang kebatilan mereka.
3. Berusaha mengungkapkan bahwa yang batil adalah batil dengan cara yang tak terbantahkan, dengan argumentasi yang kuat, semuanya dijelaskan tanpa ada rasat takut ataupun khawatir.
4. Keyakinan yang kokoh akan perlindungan dan pertolongan Allah, pada waktu dan tempat yang tepat, karena adalah kehendak Ilahiyah yang maha tinggi.
B. Penentangannya terhadap Raja yang mengklaim dirinya memiliki sifat-sifat ketuhanan.
Dalam hal ini Ibrahim telah membentengi dirinya dengan argumentasi yang kuat dan dapat mematahkan segala argumentasi lawan bicaranya dengan telak. Hal ini tertuan dalam QS. Al-Baqarah ayat 258.
Dari perdebatan ini kita dapat mendapat beberapa pelajaran :
1. Bahwa para Da’i kepada Allah akan mendapatkan perlawanan pertama kali adalah dari para raja dan mereka memiliki kekuasaan, karena mereka memiliki kekuasaan. Disebabkan mereka itu cenderung untuk lupa diri dan tidak mau bersyukur terhadap nikmat yang telah dilimpahkan Allah kepada mereka. Tapi memang demikianlah manusia, suka melebihi batas kalau melihat dirinya berkecukupan.
2. Untuk mendapatkan argumentasi dan sandaran kebenaran yang tidak tergoyahkan, maka seorang da’I tentunya harus memperluas ilmu pengetahuannya, sehingga setiap masalah dapat dimengerti ujung pangkalnya.
3. Allah tabarakta wa ta’ala selalu bersama dengan kebenaran, bersama para da’I yang membuat musuh-musuhnya bungkam dan klaim mereka terpatahkan.
C. Penentangannya terhadap ayah dan kaummnya
Ini adalah konflik yang tajam, karean berhadapan langsung dengan ayah kandung sendiri, tetapi memang ia mengadakan perlawanannya terhadap siapa saja yang menyembah patung atau berhala.
Apa yang dilakukan Ibrahim merupakan perlawanan secara sisitematis dan bertahap, dari bawah hingga keatas, juga dari yang kecil hingga yang besar. Seandainya seorang da’I tidak memiliki wawasan yang tajam, tentu tidak bisa mendebat dengan argumen yang bisa menaklukan kawan.
Dari pertentangan ini kita dapat mengambil inspirasi sebagai berikut :
1. Menolak melakukan ibadah kepada selain Allah bagi para hamba, walaupun orang yang dihadapi seorang da’I adalah ayah atau ibunya sendiri dimana mereka adalah manusia yang paling dekat dengan hubungan darah. Tetapi kebenaran diletakan diatas segalanya, termasuk hubungan darah, hubungan ayah-anak, hubungan kekerabatan atau apapun.
2. Menggunakan saran dan jurus yang tepat dalam menghadapi para penyembah tuhan selain Allah untuk mengalahkan hujah mereka… Ibrahim batal menuhankan bintang, bulan dan matahari karena semua tenggelam, walaupun bulan tampak lebih besar dari bintang dan matahari tampak lebih perkasa dari pada bulan tetapi karena sama-sama tenggelam dan tidak muncul lagi kecuali waktunya yang sudah ditentunkan maka Ibrahim menggugurkan ketuhanan benda-benda langit tersebut. Kemudian menemukan definisi tentang tuhan, yang pasti tuhan sebenarnya tidak mungkin tenggelam atau sirna, karean dia adalah tuhan langit dan bumi, tuhan manusia dan segala yang ada. Setelah itu ibrahim mendeklarasikan ketidak terlibatannya dalam ke musyrikan.
3. Yakin seyakin-yakinnya bahwa Allah SWT akan selalu memberikan inspirasi kepada penyeru kepada- NYA untuk memperkuat hujjah mereka, Allah akan selalu mendukung dan meninggikan derajat bagi mereka yang bersabar dan selalu berharap kepada Allah. Itulah janji Allah kepada para da’I illaalah di setiap saat sebagaimana ditegaskan dalam ayat-ayat al-qur’an al- kariem.
D. Hijrah Ibrahim demi untuk dakwah
Perjalanan hidup Ibrahim as selalu diwarnai dengan hijrah berpindah-pindah dari satu tempat ketempat lainnya, semuanya adalah demi dakwah Ilallah. Demikian itu adala keadaan para da’I, dalam saat-saat yang diperlukan mereka harus hijrah meninggalkan tempat kediamannya.
Dari rangkaian hijrah dan berpindah-pindahnya ibarahim dari suatu tempat ketempat lainnya itu semua dilakukan demi dakwah. Maka kita memperoleh inspirasi untuk para da’I dimana saja dan kapan saja, antara lain :
1. Hakikat seluruh permukaan bumi ini adalah milik Allah, maka setiap da’I tidak boleh merasa asing atau tersiksa diluar tanah kelahirannya, sepanjang dia datang ketempat itu dalam rangka dakwah ilallah. Hal itu sama yang dilakukan oleh ibrahim khlilullah (sahabat Allah). Ibrahim telah mengembara dari irak, palestina, yordan, hejaz, mesir dan palestina untuk kedua kalinya.
2. Hijrah hendaknya diniati karean Allah dan menuju kepada-Nya (melaksanakan perintahnya dan menjauhi laranganya). Hijrah bukan untuk mencari keselamatan atau mencari kemegahan, atau untuk tujuan-tujuan duniawi.
3. Para dai selalu dan selamanya harus mencari “tanah garapan” yang baru, dimana dia bisa menyeru kepada Allah . ini dilakukan bila misalnya telah “sempit” di kediamannya semula.
4. Paham yang benar tentang kecintaan pada tanah air adalah tempat mana suara kebenaran terdengar nyaring dan disembah didalamnya Allah semata, tiada sekutu baginya.

5 tanggapan untuk “Sejarah Dakwah; Tinjauan Dakwah Nabi dan Rasul Allah Swt”

  1. Bgus sekali…hal2 yg terkandumg d dlmny bs mnydarkan seseorang…atw mempertebal keimanan kita yg membacanya…

Tinggalkan komentar