MEMBELAKANGI ALQURAN ADALAH PERSOALAN BESAR

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. ، فقال تعالى : يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وقال أيضا: يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. أَمَّابَعْدُ؛
Jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah,
Pada kesempatan yang berbahagia ini, marilah kita senantiasa meningkatkan taqwa kepada Alloh serta menjaga hati, mensyukuri nikmat yang telah diberikan kepada kita, baik yang kita rasakan ataupun tidak.

Hadirin Jamaah Jumat yang Mulia
Salah satu yang menjadi prasyarat keimanan kita sebagai Muslim adalah beriman kepada kitabullah Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW lewat Malaikat Jibril sebagai pedoman utama ummat Islam. Menjadi kewajiban bagi ummat Islam untuk menjadikan Alquran sebagai landasan utama dalam mengamalkan Islam. Di samping itu, berpedoman pula kepada Hadits Nabi Muhammad SAW. Mengimani seluruh isi Alquran hukumnya wajib, sedang mengingkari satu bagian dari ayat Alquran saja hukumnya murtad alias keluar dari Islam. Jadi iman kepada seluruh ayat Alquran itu mutlak wajibnya. Dan keimanan itu harus dibuktikan dengan amal. Sedang membaca Alquran bernilai ibadah.
Meskipun kedudukan Alquran itu demikian tingginya dalam Islam, namun masih banyak orang yang mengaku dirinya Muslim mau memperhatikan kitab sucinya itu. Padahal tidak memperhatikan kitab suci Alquran itu bukan masalah kecil, melainkan masalah yang besar. Sehingga Nabi Muhammad pun mengeluhkan akan ada diantara kaumnya yang tidak memperhatikan Alquran; bahkan keluhan Nabi Saw itu langsung difirmankan oleh Allah Swt:
   •      
Berkatalah Rasul: “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Alquran ini suatu yang tidak diperhatikan.” (Q.S.Al-Furqon ayat 30).

Jama’ah jum’ah yang dimuliakan Allah,
Keluhan di atas sesungguhnya merupakan satu bentuk bukti cinta Nabi Muhammad SAW kepada Ummatnya. Menurut kebiasaan manusia yang berperasaan mencintai, tingkah laku orang yang dicintai selalu dibela dan kalau ada kesalahan diusahakan untuk dimaafkan dengan berbagai jalan. Kebiasaan ini pun dialami oleh Nabi Muhammad hingga betapa besar semangat Nabi SAW agar kerabatnya yang dihormati masuk Islam. Namun Allah SWT menegurnya:
•              
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (QS. Al-Qoshosh : 56).

Hadirin Jamaah Jumat yang Mulia
Dalam sejarah Islam, tebalnya rasa kasih sayang Nabi Muhammad SAW yang tiada bandingannya itu ternyata masih dikalahkan oleh hati kerabatnya sendiri yaitu Abu Thalib, paman Nabi SAW yang memang tidak mau masuk Islam. Demikian pula kasih sayang Nabi SAW masih dikalahkan oleh perbuatan kaumnya yang menjadikan Nabi sampai mengeluh kepada Allah SWT, lantaran kaumnya membelakangi Alquran, tidak menggubris Alquran.
Sebenarnya, sikap kaum yang membelakangi Alquran itu sangat keterlaluan. Betapa tidak. Rasa kasih sayang, bahkan kesabaran Nabi Muhammad SAW bisa disimak dari sikapnya ketika dalam perang Uhud beliau berdarah wajahnya, dan beliau mengusap darah di wajahnya itu sambil berkata:
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِقَوْمِيْ فَإِنَّهُمْ لاَ يَعْلَمُوْنَ. [رواه البخاري و مسلم[.
Ya Allah, ampunilah (dosa-dosa) kaumku karena sesungguh-nya mereka tidak mengetahui. (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Sikap tidak menggubris Alquran, membelakangi, berpaling dari ayat-ayat Allah itu sama sekali bukan kejahatan yang ringan dan mengadunya Nabi atas sikap kaumnya yang tak menghiraukan Alquran, bukan berarti menunjukan keputusasaan beliau. Nabi tidak dipersalahkan mengadu seperti itu. Bahkan Allah sendiri mengecam keras terhadap orang-orang yang membelakangi Alquran atau berpaling dari Alquran, dengan firmanNya,
                 •               
dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya lalu Dia berpaling dari padanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka; dan Kendatipun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya. (QS Al-Kahfi : 57)

Hadirin Jamaah Jumat yang Mulia
Menurut Ibnu Qoyim ada 5 jenis atau 5 macam orang yang termasuk berpaling dari Al-Qur’an, yaitu :
1. Berpaling dari mendengarkan dan mengimani Alquran
2. Berpaling dari mengamalkan Alquran walaupun membaca dan mengimaninya.
3. Berpaling dari menegakkan dan menggunakan hukum-nya.
4. Berpaling dari mengkaji dan memahami artinya.
5. Berpaling dari berobat dan mengobati orang lain dengan Alquran dalam seluruh penyakit hati.

Hadirin Jamaah Jumat yang Mulia
Sikap berpaling dari Alquran yang telah dikeluhkan oleh Nabi dan dikecam oleh Allah itu, bisa dikikis dengan berbagai usaha. Diantaranya ; mari kita perhatikan nun jauh di desa-desa, banyak terdapat masjid, musholla dan langgar yang setiap malamnya digunakan untuk bertadarrus di bulan Ramadhan. Semangat mereka tetap tinggi, walau lampu-lampu yang menerangi kadang-kadang sangat sederhana, bahkan minyaknya pun tersendat-sendat. Sudahkah kita menyumbangkan sesuatu untuk mereka? Kitab-kitab Mushaf Alquran yang mereka baca pun sudah rusak. Sudahkah kita pikirkan? Sebaliknya, di masjid-masjid kota yang cukup terang benderang dan banyak berjajar kitab Alqurannya, tekunkah kita membaca Alquran dan ber’iktikaf di masjid-masjid itu? Dan di balik itu, anak-anak kita serba kita manjakan, apa saja kemauannya kita turuti. Sudahkah kita didik mereka itu secara benar-benar tentang Alquran?
Mungkin, seribu pertanyaan akan ditujukan pada kita. Tetapi yang terpenting kita tanyakan adalah apakah kita termasuk golongan orang-orang yang membelakangi Alquran tersebut atau tidak. Dan seberapa usaha kita untuk mengikis sikap membelakangi Alquran itu. Semuanya perlu kita nilai, dan kita awali dari diri kita masing-masing.
Mudah-mudahan, kita, keluarga kita, dan ummat Islam pada umumnya terhindar dari golongan orang-orang dzalim yang berpaling dari AlQuran itu. Amien.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ. وَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Tinggalkan komentar